Sebagian orang menganggap menangis itu adalah hal yang hina,
merupakan tanda lemahnya seseorang, akan dianggap tidak tegar
menghadapi hidup, hal itu menunjukan ketidakdewasaan, akan dianggap seperti
anak balita dan anak Cengeng. Jika memang dengan menangis itu manusia menjadi
sadar. Sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup
menolongnya dari keterpurukan selain Allah Swt. Kesadaran yang membawa manfaat
dunia dan akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak
balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika bisa menangis, sadarl bahwa
diri ini masih diberi hati untuk merasakan. Dan menangis itu melapangkan,
membasuh luka, menghidupkan hati, mencerahkan pikiran, mencerdaskan aqal, bagi
yang memahami arti menangis bukanlah berkabung, bukan bersedih, putus asa,
kecewa, tapi menangis syukur dan berfikir.
Menangis merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap
kebenaran.
“Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan
kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan
kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka
sendiri) seraya berkata: “Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami
bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian
Muhammad)”.
(QS. Al Maidah: 83).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar